Selasa, 10 Desember 2013

Makalah Qiro'at Sab'ah

QIRO’AT AS-SAB’AH


Makalah Ini Ditulis Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mata KuliahUlumul-Qur’an
  Ditulis Oleh :Asep Subarnas
  Sekolah Tinggi Ilmiu Dakwah (STID) Mohammad NatsirJakarta 26 Dzulhijjah 1434 H/31 Oktober 2013

KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah senantiasa memberikan nikma-Nya kepada penulis sehingga dapat menulis makalah ini dan juga dapat diselesaikan pada waktunya.sholawa serta salam penulis curahkan kepada baginda Nabi Muammad SAW yang membimbing umatnya dari zaman gelapnya kebodohan menuju zaman terangnya ilmu pengetahuan seperti sekaramg ini.Baiklah pada kesempatan kali penulis akan membahas makalah mengenai “qiro’at as-sab’ah” yang mana mereka adalah para ulama yang berperan dalam urusa qiro’at al-qur’an (bacaan al-qur’an) yang mungkin banyak diantar kita yang belum mengetahui tentang siapa itu qiro’at as-sab’ah, maka dari itu penulis berusaha untuk mencari tau tentang mereka semua dan dengan sebatas kemampuan penulis.Di sisi lain, penulis juga banyak mendapat bantuan dan pengarahan orang-orang yang berada di sekitar penulis, jadi sudah sepantasnya untuk penulis ucapkan terimakasih kepada :1.      Ust.Kamaludi Iskandar Ishaq Lc. Selaku rector STID Muhammad Natsir.
2.      Ust.Jamroni Ayana S.Kom.I selaku guru mata kuliah Ulumul Qur’an sekaligus pembimbing dalam pembuatan makalah ini.
3.      Seluruh dosen yang senantiasa berbagi ilmunya dengan para mahasiswanya.
4.      Seluruh teman-teman yang dalam satu perjuangan untuk menuntut ilmu di tempat ini.
Baiklah penulis berharap semoga apa yang telah penulis usahakan ini bisa memberi manfaat kepada semua pihak dan penulis juga sadar diri bahwa dalam makalah ini banyak sekali hal-hal yang yang mungkin belum dapat dipahami atau bahkan terdapat banyak kesalahan yang tidak penulis sadari, maka dari itu penulis mohon maaf dan mohon kritikan dan sarannya.                                                                                              Bekasi 30 Oktober 2013                                                                                                                                                                                                                  Penulis DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ……………………………………………..IDAFTAR ISI ……………………………………………………….IIBAB I PENDAHULUAN
A.   LATAR BELAKANG ………………………………………..1
B.   RUMUSAN MASALAH ……………………………………..1
C.   TUJUAN PENULISAN ………………………………………2
BAB II PEMBAHASANA.   PENGERTIAN QIRO’AT AS-SAB’AH …………………….3
B.   NAMA-NAMA QIRO’AT AS-SAB’AH ……………………4
C.   MACAM-MACAM QIRO’AT AS-SAB’AH ……………….9
BAB III PENUTUPKESIMPULAN ………………………………………………11DAFTAR PUSTAKA ………………………………………12 BAB I                                    PENDAHULUAN A.   LATAR BELAKANG
 Al-qur’an adalah kitab pegangan umat islam yang senantiasa dibaca dan iamalkan, namun banyak sekali dari kalangan masyarakat yang belum mengetahui bagaimana caranya untuk membaca Al-qur’an itu sendiri, dan dari sinilah ada yang dikenal istilah “qiro’at as-sab’ah” (ahli membaca al-qur’an yang tujuh).Dalam pemahaman terhadap kandungan isi al-qur’an kita membutuhkan pengetahuan tentang ilimu-ilmu yang berkaitan dengannya diantaranya yaitu: asbabun nuzulnya, nasikh mansukhnya, dankajian pokok ‘ulumul qur’an lainnya, termasuk didalamnya adalah ilmu qiro’at.Dan dari sini juga banyak masyarakat yang membicarakan tentang qiro’at as-sab’ah ini, sehingga penulis mencoba untuk memberi sumbangsi kepada masyarakat mengenai qiro’at as-sab’ah ini dan khususnya lagi untuk mata pelajaran ulumul qur’an ini.semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua khususnya kita yang membaca. B.     RUMUSAN MASALAH
Masalah yang menjadikan penulisan makalah ini adalah:1.      Apa yang dimaksud dengan qiro’at as-sab’ah ?
2.      Siapa sajakah qiro’at as-sab’ah itu ?
3.      Apa sajakah batasan batasan dalam qiro’at as-sab’ah ?
 C.     TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah ulumul qur’an, dan semoga juga bias memberi manfa’at bagi pembaca sekalian. BAB II PEMBAHASAN A.   PENGERTIAN QIRO’AT AS-SAB’AH
Qiro’at (قراءات) menurut bahasa yaitu bentuk jamak dari kata qiro’ah (قراءة) yang merupakan isim masdar dari kata qara’a (قرأ), yang artinya : bacaan.
Menurut istilah qiro’at memiliki arti yang beragam, hal ini disebabkan oleh keluasannya makna dan sudut pandang yang dipakai oleh ulama tersebut. Berikut ini adalah dua pengertian mengenai qiro’at menurut istilah.1.      Qiro’at menurut Al-Zarkasyi merupakan perbedaan lafal-lafal al-Qur’an, baik menyangkut huruf-hurufnya maupun cara pengucapan huruf-huruf tersebut, seperti takhfif, tasydid dan lain-lain.
2.      Al-Zarqani memberikan pengertian mengenai qiro’at sebagai : suatu mazhab yang yang dianut oleh seorang imam dari para imam quro’ yang berbeda dengan yang lainnya dalam pengucapan al-qur’an al-karim dengan kesesuaian riwayat dan thuruq darinya. Baik itu perbedaan dalam pengucapan huruf-huruf ataupun pengucapan bentuknya.
Sedangkan As-Sab’ah ini berasal dari bahasa Arab juga yakni yang artinya tujuh (7).Jadi definisi qiro’at as-sab’ah adalah Imam qori yang tujuh yang hafal al-qur’an dan terkenal dengan hafalan serta ketelitiannya, dan menyampaikan qira’at kepada kita sesuai dengan yang mereka terima dari sahabat Rasulullah SAW. Qiro’at yang mutawatir semuanya kita kutip dari para qori yang hafal al-qur’an dan terkenal dengan hafalan dan ketelitiannya (pada masanya)terhadap al-qur’an.   B.   NAMA-NAMA QIRO’AT AS-SAB’AH
Tujuh imam qiro’at yang terkenal dalam qiro”at as-sab”ah  berikut dengan dua orang perawinya, yaitu:1.      Ibnu ‘Amir  (W. 118 H)
Nama lengkapnya adalah Abdullah ibnu Amir al-Yahshabi dari Syam, ia juga seorang qodhi Damaskus pada masa pemerintahan Walid ibnu Abdul Malik. Panggilannya adalah Abu Imran. Beliau juga adalah seorang tabi’in yang belajar qiro’at dari Al-Mughirah ibnu Abi Syihab al-Mahzumy dari Utsman bin Affan dari Rasulullah SAW. Beliau lahir pada tahun 8 Hijriyah dan wafat di Damaskus pada tahun 118 Hijriyah. Dan dua orang perawin sekaligus muridnya adalah:Ø  Hisyam, Abul Walid bin Ammar bin Mashir Ad-Dimasyqi wafat pada tahun 245 H.
Ø  Ibnu Dzakwan, Abu Muhammad Abdullah bin Ahmad wafat pada tahun     242 H.
2.      Ibnu Katsir (W. 120 H)
Nama lengkapnya adalah Abu Muhammad Abdullah Ibnu Katsir ad-Dary al-Makky, ia adalah imam dalam hal qira’at di makkah, ia juga seorang tabi’in yang pernah hidup bersama sahabat Abdullah ibnu Jubair. Beliau mempelajari qiro’at dari Abu as-Sa’ib, Abdullah bin Sa’ib al-Makhzumi, Mujahid bin Jabr al-Makky dan Diryas (Maula Ibn ‘Abbas). Mereka semua masing-masing menerima qiro’at dari Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Sabit dan Umar bin Khatab. Ketiga sahabat ini menerimanya langsung dari Rasulullah SAW. Beliau lahir di makkah pada tahun 45 Hijriyah dan wafat juga di makkah pada tahun 120 Hijriyah.
Adapun murid beliau ini sangat banyak sekali namun yang menjadi perawi qiro’atnya yang terkenal itu ada dua orang yaitu:Ø  Al-Bazzi, yaitu Ahmad bin Muhammad Abdul Hasan wafat pada tahun 250 H.
Ø  Qunbul, yaitu Muhammad bin Abdirrahman Al-Makky wafat pada tahun 251 H.[1]3.      ‘Ashim al-Kuffy (W. 127 H)
Nama lengkapnya adalah  ‘Ashim bin An-Nujud Al-Asadi. Beliau belajar ilmu qiro’at kepada zirr bin Hubaisy, murid ‘Abdullah bin Mas’ud dan ia menerima langsung dari Rasulullah SAW. Beliau wafat sekitar tahun 127/128 Hijriyah.
Adapun diantara para muridnya yang menjadi perawi qiro’atnya yang terkenal adalah:Ø  Syu’bah, yaitu Abu Bakar bin Ayyasy bin Salim Al-Kuffy wafat pada tahun 193 H.
Ø  Hafs, yaitu Abu Umar bin Sulaiman bin Al-Mughirah Al-Kuffy wafat pada tahun 180 H.
4.      Abu ‘Amr al-Bashry (W. 154 H)
Di Bashrah terkenal dengan sistem qiro’at Abu ‘Amr dan system qiro’at Ya’qub[2]. Abu ‘Amr[3] nama aslinya Zayyan bin Al-‘Ala bin ‘Ammar. Beliau lahir di makkah pada tahun 70 Hijriyah dan besar di Bashrah, kemudian bersama ayahnya berangkat ke Makkah dan Madinah. Beliau wafat  di Kuffah pada tahun 154 Hijriyah. Menurut riwayat, ia belajar ilmu qiro’at kepada Mujahid bin Jabr dan Sa’id bin Jubair, yaitu murid-murid Ibnu ‘Abbas dan Ubay bin Ka’ab.Murid beliau banyak sekali, yang terkenal adalahYahya bin Mubarak bin Mughirah al-Yazidi (W. 202 H). dari Yahya inilah kedua perawi qiro’at Abu ‘Amr menerima qiro’atnya yaitu:Ø  Ad-Duri, yaitu Hafsh bin Umar bin Abdil Aziz Al-Baghdadi wafat pada tahun 240 H.
Ø  As-Susi, yaitu Abu Syuaib Shalih bin Ziyad Ar-Raqqi wafat pada tahun 261 H.
5.      Hamzah al-Kuffy (W.156 H)
Di Kuffah terkenal system qiro’at Hamzah dan system qiro’at ‘Ashim.[4] Nama lengkap Hamzah[5] ialah Hamzah bin Ibnu Habib az-Zayyat maula (bekas budak, yang setelah dimerdekakan oleh tuannya, ia hidup dibawah asuhan bekas tuannya) ‘Ikrimah bin Rabi’ at-Taimi. Beliau dilahirkan pada tahun 80 H,dan wafat pada tahun 156 H[6] di Halwan suatu kota di Iraq. Ia belajar ilmu qiro’at kepada sulaiman bin Muhram, yaitu murid Yahya bin Watstsab yang berguru kepada Zirr bin Hubaisy, dan Hubaisy belajar kepada ‘Utsman  bin “Affan dan ia belajar kepada ‘Abdullah bin Mas’ud.Dan adapun diantara para muridnya yang menjadi perawi qiro’atnya yang terkenal adalah:Ø  Khalaf, yaitu Abu Muhammad bin Hisyam Al-Baghdadi wafat pada tahun 229 H.
Ø  Khallad, yaitu Abu Isa Bin Khalid Asy-Syaibani Al-Kufy wafat pada tahun 220 H.
6.      Imam Nafi (W. 169 H)
Di Madinah terkenal dengan sistem qiro’at Nafi[7] bin Abdurrahman bin Abu Na’im. Beliau wafat pada tahun 169 H[8]. ia mempelajari ilmu qiro’at dari dari 70 orang kaum tabi’in murid- murid Ubay bin Ka’ab, Abdullah bin ‘Abbas dan Abu Hurairah.Dan adapun muridnya ini banyak sekali diantaranya yaitu: Imam Malik bin Anas, al-Lais bin Sa’ad, Abu ‘Amar, Ibnu al-‘Alla’, ‘Isa bin Wardan bin Sulaiman bin jamaz.Dan perawi qiro’at Imam Nafi’ yang terkenal ada dua orang yaitu:Ø  Qalun, yaitu Abu Musa Isa bin Mina bin Wardan wafat pada tahun 220 H.
Ø  Warsy, yaitu Abu said Utsman bin Katsir bin Amr al-Makky wafat pada tahun 197 H.
7.      Al-Kisaiy (W. 189 H)
Nama lengkapnya adalah Abul Hasan Ali bin Hamzah bin Abdillah Al-Kufy. Kita mengetahui bahwa Al-Kisaiy adalah orang Kufah. Dan beliau wafat di Ranbawiyah yaitu yaitu sebuah desa di Negri Roy ketika ia dalam perjalanan ke khurasan bersama ar-Rasyid pada tahun 189 H. Beliau mengambil qiro’at dari banyak ulama. Diantaranya adalah Hanzah bin Habib al-Zayyat, Muhammad bin Abdurrahman bin Abu Laia, ‘Ashim bin Abu an-Nujud, Abu Bakar bin ‘Ilyasy dan Ismail  bin Ja’far yang menerimanya dari Syaibah bin Nashah (guru Imam Nafi’ al-Madani), mereka semua mempunyai sanad yang bersambung kepada rasulullah SAW.Murid-murid Imam al-Kisaiy yang dikenal sebagai perawi qiro’atnya yaitu:Ø  Abul Harits, yaitu Al-Laits bin Khalid Al-Marwazi al-Baghdadi wafat pada tahun 240 H.
Ø  Ad-Duri, yaitu Hafs bin Umar bin Abdil Aziz Al-Baghdadi wafat pada tahun 240 H.
Jadi itulah nama-nama tujuh imam qiro’at beserta dua perawinya. Namu masih banyak lagi ualama-ulama yang ahli dibidang al-qur’an, da nada yang menambahkan tiga imam lagi kepada yang tujuh itu maka menjadi sepuluh atau disebut dengan istilah sebagai Qiro’at al-Asyrah yang artinya sepuluh ahli qiro’at. Berikut adalah nama-namanya:1.      Abu Ja’far, yaitu Yazid bin Al-Qo’qo’ Al-Makhzumi Al-Madani. Beliau wafat pada tahun 130 H.
Dan adapun dua perawinya yaitu:Ø  Ibnu Wardan, Isa bin Wardan Al-Madani Abul Harits wafat pada tahun 160 H.
Ø  Ibnu Jammaz, Sulaiman bin Muhammad Al-Madani wafat pada tahun +170 H.
2.      Ya’qub, yaitu Abu Muhammad bin Ishaq bin Yazid Al-bashri wafat pada tahun 205 H.
Dan adapun dua perawinya yaitu:Ø  Ruwais, yaitu Muhammad bin Al-Mutawakkil al- Bashri wafat pada tahun 238 H.
Ø  Rouh, yaitu Abul Hasan bin Abdil Mukmin Al-Hudzali Al-Bashri wafat pada tahun 234 H.
3.      Khalaf Al-Asyir, yaitu Abu Muhammad bin Hisyam Al-Baghdadi wafat pada tahun 229 H.
Dan adapun dua perawinya yaitu:Ø  Ishaq, yaitu Abu Ya’qub bin Utsman bin Abdillah Al-Baghdadi wafat pada tahun 280 H.
Ø  Idris, yaitu Abul hasan bin Abdil Karim Al-Haddad Al-Baghdadi wafat pada tahun 292 H.
Dan setelah sepuluh ahli qiro’at di atas ada yang menyebutkan atau menambahkan empat orang imam lagi yang mempunyai keahlian dan keilmuan dibidang qiro’at al-qur’an diantaranya yaitu:1.      Hasan Al-bashri wafat pada tahun 110 H.
2.      Muhammad bin Abdurrahman yang terkenal dengan sebutan Ibnu Muhaishan, wafat pada tahun 123 H.
3.      Yahya bin Mubarak Al-Yazidi, wafat pada tahun 202 H.
4.      Abdul-Faraj Muhammad bin Ahmad asy-Syanbuzi, wafat pada tahun 388 H.
 C.   MACAM-MACAM JENIS QIRO’AT
Mengutip pendapat Ibnu al-Jazari, Imam Sayuti[9] mengatakan, bahwa menurut Sunnah, ada enam system qiro’at yaitu:1.      Qiro’at yang mutawatir
Qiro’at mutawatir adalah qiro’at yang diriwayatkan oleh suatu jama’ah dari jama’ah lain, yang semuanya dapat dipastikan tidak mungkin berdusta. Misalnya, system qiro’at yang isnadnya telah disepakati bulat berasal dari tujuh orang ulama ahli qiro’at[10], dan qiro’at mereka itulah yang dikenal umum.2.      Qiro’at masyhur
Qiro’at masyhur yaitu system qiro’at yang berisnad shahih (benar), diriwayatkan oleh orang-orang yang jujur dan tidak mungkin dipandang berdusta. Selain itu juga sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Arab dan sesuai pula dengan salah satu mushaf yang dinaskahka oleh ‘Utsman bin ‘Affan; tidak pandang apakah isnad itu diriwayatkan oleh tujuh orang Imam ahli qiro’at tersebut di atas, oleh sepuluh Imam ahli qiro’at, ataupun oleh Imam-Imam  lainnya yang telah diterima oleh kaum muslimin (qiro’atnya).3.      Qiro’at yang isnadnya benar tetapi tidak sesuai dengan teks atau bacaan
Yaitu qiro’at yang isnadnya benar tetapi tidak sesuai dengan  tulisan yang dibacanya, tidak sesuai juga dengan kaidah bahasa Arab dan tidak terkenal luas seperti system qiro’at yang pertama dan kedua di atas. System tidak digunakan untuk membaca al-qur’an dan tidak boleh diyakini kebenarannya. Sitem qiro’at demikian antara lain seperti yang diriwayatkan oleh al-Hakim dan berasal dari ‘Ashim al-Jahdari, dan al-Jahdari mendengarnyadari Abu Bikrah yang mengatakan: bahwasanya Rasulullah SAW membaca firman Allah SWT dalam Surah ar-Rahman: 76 sebagai berikut: Muttaki’iina ‘Alaa rafaarifa Khudrin wa ‘abaaqariyyin hisaan[11].
4.      Qiro’at yang Syadz
Yaitu system qiro’at yang tidak benar isnadnya, seperti qiro’at Ibnu as-Sumaifa’,yang membaca surah Yunus ayat 92 sebagai berikut: … Fal-yauma nunahhiika (huruf ha ringan) li takuuna li man khalafaka (huruf lam berfathah) aayah[12].
5.      Qiro’at yang berasal dari orang yang bersangkutan sendiri tanpa dasar dan tidak pasti asal-usulnya. Misalnya, qiro’at himpunan Muhammad bin Ja’far al-Khuza’I, yang olehnya dikatakan berasal dari Abu Hanifah, bacaannya mengenai ayat: Innamaa yakhsyallahu min ‘ibaadihil-‘ulamaa’a.
6.      Qiro’at yang menyerupai susunan kalimat hadits-hadits
Yaitu qiro’at yang menambahkan kalimat penafsian ke dalam ayat-ayat seperti qiro’at Sa’ad bin Abi Waqqash yang membaca firman Allah dalam surah an-Nisa, ayat 12: …wa lahu akhun au ukhtun min ummin fa likullin minhumaa (dengan tambahan minhuma). BAB IIIPENUTUP KESIMPULANJadi kesimpulan yang dapat kit petik dari makalah ini adalah bahwa qiro’at sab’ah itu bukan berarti qiro’at tujuh yang tetap dan hanya tujuh, tapi maksud dari tujuh disini bahwa bilangan tujuh berarti bilangan yang banyak sehingga banyak yang berpendapat bahwa qiro’at sab’ah itu bukan hanya tujuh tapi lebih dari itu. Dan adapun dalam masalah perbedaan dan cara pelapalan qiro’at sab’ah terhadap ayat al-qur’an penulis masih belum belum mengetahui tentang hal itu. Jadi penulis mohon maaf bila terdapat kekurangan dan kesalahan dan semoga yang sedikit ini bias bermanfaat.  DAFTAR PUSTAKAv  Manna Kholil Al-Qotthon,Mabahits Fi al-Ulumi al-Qur’an,Riyadh:Mansyuraat al-Ashr al-Hadits,hlm.172
v  Kutipan dari al-Itqan, I hal. 133 dengan sedikit perubahan redaksi agar tidak terlalu panjang
v  Lihat Tarjumah-nya di dalam Thabaqatul-Qurra,I hal.288-292
  

[1] Ada juga yang mengatakan beliau wafat pada tahun 291 H.
[2] Manna Kholil Al-Qotthon,Mabahits Fi al-Ulumi al-Qur’an,Riyadh:Mansyuraat al-Ashr al-Hadits,hlm.172
[3] Lihat Tarjumah-nya di dalam Thabaqatul-Qurra,I hal.288-292
[4] Manna Kholil Al-Qotthon,Mabahits Fi al-Ulumi al-Qur’an,Riyadh:Mansyuraat al-Ashr al-Hadits,hlm.172
 [5][5] Lihat Tarjumah-nya di dalam Thabaqatul-Qurra,I hal.261-263
[6] Ada yang mengataka bahwa beliau wafat pada tahun 188 H. lih.subhi as-shalih, Mabahits Fi al-Ulumi al-Qur’an,Jakarta, Firdaus, 1985, hlm.323
[7] Manna Kholil Al-Qotthon,Mabahits Fi al-Ulumi al-Qur’an,Riyadh:Mansyuraat al-Ashr al-Hadits,hlm.172
 [8] Ada yang berpendapat bahwa ia wafat pada tahun 120 H dan pendapat lain juga yaitu 177 H.
[9] Kutipan dari al-Itqan, I hal. 133 dengan sedikit perubahan redaksi agar tidak terlalu panjang.
[10] Jumhur-Ulama sepakat bahwa tujuh system qiro’at adalah mutawatir (Lihat: al-Burhan, I hal. 318).
[11] Menurut system qiro’at Hafs ayat tersebut seharusnya dibaca: Muttaki’iina ‘Alaa rafrafin Khudrin wa ‘abaaqariyyin hisaan[12] Menurut system qiro’at Hafs ayat tersebut semestinya harus dibaca … fal-yauma nunajjiika bi badanika li takuna li man khalfaka aayah.


Makalah Qiro'at Sab'ah

QIRO’AT AS-SAB’AH


Makalah Ini Ditulis Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mata KuliahUlumul-Qur’an
  Ditulis Oleh :Asep Subarnas
  Sekolah Tinggi Ilmiu Dakwah (STID) Mohammad NatsirJakarta 26 Dzulhijjah 1434 H/31 Oktober 2013

KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah senantiasa memberikan nikma-Nya kepada penulis sehingga dapat menulis makalah ini dan juga dapat diselesaikan pada waktunya.sholawa serta salam penulis curahkan kepada baginda Nabi Muammad SAW yang membimbing umatnya dari zaman gelapnya kebodohan menuju zaman terangnya ilmu pengetahuan seperti sekaramg ini.Baiklah pada kesempatan kali penulis akan membahas makalah mengenai “qiro’at as-sab’ah” yang mana mereka adalah para ulama yang berperan dalam urusa qiro’at al-qur’an (bacaan al-qur’an) yang mungkin banyak diantar kita yang belum mengetahui tentang siapa itu qiro’at as-sab’ah, maka dari itu penulis berusaha untuk mencari tau tentang mereka semua dan dengan sebatas kemampuan penulis.Di sisi lain, penulis juga banyak mendapat bantuan dan pengarahan orang-orang yang berada di sekitar penulis, jadi sudah sepantasnya untuk penulis ucapkan terimakasih kepada :1.      Ust.Kamaludi Iskandar Ishaq Lc. Selaku rector STID Muhammad Natsir.
2.      Ust.Jamroni Ayana S.Kom.I selaku guru mata kuliah Ulumul Qur’an sekaligus pembimbing dalam pembuatan makalah ini.
3.      Seluruh dosen yang senantiasa berbagi ilmunya dengan para mahasiswanya.
4.      Seluruh teman-teman yang dalam satu perjuangan untuk menuntut ilmu di tempat ini.
Baiklah penulis berharap semoga apa yang telah penulis usahakan ini bisa memberi manfaat kepada semua pihak dan penulis juga sadar diri bahwa dalam makalah ini banyak sekali hal-hal yang yang mungkin belum dapat dipahami atau bahkan terdapat banyak kesalahan yang tidak penulis sadari, maka dari itu penulis mohon maaf dan mohon kritikan dan sarannya.                                                                                              Bekasi 30 Oktober 2013                                                                                                                                                                                                                  Penulis DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ……………………………………………..IDAFTAR ISI ……………………………………………………….IIBAB I PENDAHULUAN
A.   LATAR BELAKANG ………………………………………..1
B.   RUMUSAN MASALAH ……………………………………..1
C.   TUJUAN PENULISAN ………………………………………2
BAB II PEMBAHASANA.   PENGERTIAN QIRO’AT AS-SAB’AH …………………….3
B.   NAMA-NAMA QIRO’AT AS-SAB’AH ……………………4
C.   MACAM-MACAM QIRO’AT AS-SAB’AH ……………….9
BAB III PENUTUPKESIMPULAN ………………………………………………11DAFTAR PUSTAKA ………………………………………12 BAB I                                    PENDAHULUAN A.   LATAR BELAKANG
 Al-qur’an adalah kitab pegangan umat islam yang senantiasa dibaca dan iamalkan, namun banyak sekali dari kalangan masyarakat yang belum mengetahui bagaimana caranya untuk membaca Al-qur’an itu sendiri, dan dari sinilah ada yang dikenal istilah “qiro’at as-sab’ah” (ahli membaca al-qur’an yang tujuh).Dalam pemahaman terhadap kandungan isi al-qur’an kita membutuhkan pengetahuan tentang ilimu-ilmu yang berkaitan dengannya diantaranya yaitu: asbabun nuzulnya, nasikh mansukhnya, dankajian pokok ‘ulumul qur’an lainnya, termasuk didalamnya adalah ilmu qiro’at.Dan dari sini juga banyak masyarakat yang membicarakan tentang qiro’at as-sab’ah ini, sehingga penulis mencoba untuk memberi sumbangsi kepada masyarakat mengenai qiro’at as-sab’ah ini dan khususnya lagi untuk mata pelajaran ulumul qur’an ini.semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua khususnya kita yang membaca. B.     RUMUSAN MASALAH
Masalah yang menjadikan penulisan makalah ini adalah:1.      Apa yang dimaksud dengan qiro’at as-sab’ah ?
2.      Siapa sajakah qiro’at as-sab’ah itu ?
3.      Apa sajakah batasan batasan dalam qiro’at as-sab’ah ?
 C.     TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah ulumul qur’an, dan semoga juga bias memberi manfa’at bagi pembaca sekalian. BAB II PEMBAHASAN A.   PENGERTIAN QIRO’AT AS-SAB’AH
Qiro’at (قراءات) menurut bahasa yaitu bentuk jamak dari kata qiro’ah (قراءة) yang merupakan isim masdar dari kata qara’a (قرأ), yang artinya : bacaan.
Menurut istilah qiro’at memiliki arti yang beragam, hal ini disebabkan oleh keluasannya makna dan sudut pandang yang dipakai oleh ulama tersebut. Berikut ini adalah dua pengertian mengenai qiro’at menurut istilah.1.      Qiro’at menurut Al-Zarkasyi merupakan perbedaan lafal-lafal al-Qur’an, baik menyangkut huruf-hurufnya maupun cara pengucapan huruf-huruf tersebut, seperti takhfif, tasydid dan lain-lain.
2.      Al-Zarqani memberikan pengertian mengenai qiro’at sebagai : suatu mazhab yang yang dianut oleh seorang imam dari para imam quro’ yang berbeda dengan yang lainnya dalam pengucapan al-qur’an al-karim dengan kesesuaian riwayat dan thuruq darinya. Baik itu perbedaan dalam pengucapan huruf-huruf ataupun pengucapan bentuknya.
Sedangkan As-Sab’ah ini berasal dari bahasa Arab juga yakni yang artinya tujuh (7).Jadi definisi qiro’at as-sab’ah adalah Imam qori yang tujuh yang hafal al-qur’an dan terkenal dengan hafalan serta ketelitiannya, dan menyampaikan qira’at kepada kita sesuai dengan yang mereka terima dari sahabat Rasulullah SAW. Qiro’at yang mutawatir semuanya kita kutip dari para qori yang hafal al-qur’an dan terkenal dengan hafalan dan ketelitiannya (pada masanya)terhadap al-qur’an.   B.   NAMA-NAMA QIRO’AT AS-SAB’AH
Tujuh imam qiro’at yang terkenal dalam qiro”at as-sab”ah  berikut dengan dua orang perawinya, yaitu:1.      Ibnu ‘Amir  (W. 118 H)
Nama lengkapnya adalah Abdullah ibnu Amir al-Yahshabi dari Syam, ia juga seorang qodhi Damaskus pada masa pemerintahan Walid ibnu Abdul Malik. Panggilannya adalah Abu Imran. Beliau juga adalah seorang tabi’in yang belajar qiro’at dari Al-Mughirah ibnu Abi Syihab al-Mahzumy dari Utsman bin Affan dari Rasulullah SAW. Beliau lahir pada tahun 8 Hijriyah dan wafat di Damaskus pada tahun 118 Hijriyah. Dan dua orang perawin sekaligus muridnya adalah:Ø  Hisyam, Abul Walid bin Ammar bin Mashir Ad-Dimasyqi wafat pada tahun 245 H.
Ø  Ibnu Dzakwan, Abu Muhammad Abdullah bin Ahmad wafat pada tahun     242 H.
2.      Ibnu Katsir (W. 120 H)
Nama lengkapnya adalah Abu Muhammad Abdullah Ibnu Katsir ad-Dary al-Makky, ia adalah imam dalam hal qira’at di makkah, ia juga seorang tabi’in yang pernah hidup bersama sahabat Abdullah ibnu Jubair. Beliau mempelajari qiro’at dari Abu as-Sa’ib, Abdullah bin Sa’ib al-Makhzumi, Mujahid bin Jabr al-Makky dan Diryas (Maula Ibn ‘Abbas). Mereka semua masing-masing menerima qiro’at dari Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Sabit dan Umar bin Khatab. Ketiga sahabat ini menerimanya langsung dari Rasulullah SAW. Beliau lahir di makkah pada tahun 45 Hijriyah dan wafat juga di makkah pada tahun 120 Hijriyah.
Adapun murid beliau ini sangat banyak sekali namun yang menjadi perawi qiro’atnya yang terkenal itu ada dua orang yaitu:Ø  Al-Bazzi, yaitu Ahmad bin Muhammad Abdul Hasan wafat pada tahun 250 H.
Ø  Qunbul, yaitu Muhammad bin Abdirrahman Al-Makky wafat pada tahun 251 H.[1]3.      ‘Ashim al-Kuffy (W. 127 H)
Nama lengkapnya adalah  ‘Ashim bin An-Nujud Al-Asadi. Beliau belajar ilmu qiro’at kepada zirr bin Hubaisy, murid ‘Abdullah bin Mas’ud dan ia menerima langsung dari Rasulullah SAW. Beliau wafat sekitar tahun 127/128 Hijriyah.
Adapun diantara para muridnya yang menjadi perawi qiro’atnya yang terkenal adalah:Ø  Syu’bah, yaitu Abu Bakar bin Ayyasy bin Salim Al-Kuffy wafat pada tahun 193 H.
Ø  Hafs, yaitu Abu Umar bin Sulaiman bin Al-Mughirah Al-Kuffy wafat pada tahun 180 H.
4.      Abu ‘Amr al-Bashry (W. 154 H)
Di Bashrah terkenal dengan sistem qiro’at Abu ‘Amr dan system qiro’at Ya’qub[2]. Abu ‘Amr[3] nama aslinya Zayyan bin Al-‘Ala bin ‘Ammar. Beliau lahir di makkah pada tahun 70 Hijriyah dan besar di Bashrah, kemudian bersama ayahnya berangkat ke Makkah dan Madinah. Beliau wafat  di Kuffah pada tahun 154 Hijriyah. Menurut riwayat, ia belajar ilmu qiro’at kepada Mujahid bin Jabr dan Sa’id bin Jubair, yaitu murid-murid Ibnu ‘Abbas dan Ubay bin Ka’ab.Murid beliau banyak sekali, yang terkenal adalahYahya bin Mubarak bin Mughirah al-Yazidi (W. 202 H). dari Yahya inilah kedua perawi qiro’at Abu ‘Amr menerima qiro’atnya yaitu:Ø  Ad-Duri, yaitu Hafsh bin Umar bin Abdil Aziz Al-Baghdadi wafat pada tahun 240 H.
Ø  As-Susi, yaitu Abu Syuaib Shalih bin Ziyad Ar-Raqqi wafat pada tahun 261 H.
5.      Hamzah al-Kuffy (W.156 H)
Di Kuffah terkenal system qiro’at Hamzah dan system qiro’at ‘Ashim.[4] Nama lengkap Hamzah[5] ialah Hamzah bin Ibnu Habib az-Zayyat maula (bekas budak, yang setelah dimerdekakan oleh tuannya, ia hidup dibawah asuhan bekas tuannya) ‘Ikrimah bin Rabi’ at-Taimi. Beliau dilahirkan pada tahun 80 H,dan wafat pada tahun 156 H[6] di Halwan suatu kota di Iraq. Ia belajar ilmu qiro’at kepada sulaiman bin Muhram, yaitu murid Yahya bin Watstsab yang berguru kepada Zirr bin Hubaisy, dan Hubaisy belajar kepada ‘Utsman  bin “Affan dan ia belajar kepada ‘Abdullah bin Mas’ud.Dan adapun diantara para muridnya yang menjadi perawi qiro’atnya yang terkenal adalah:Ø  Khalaf, yaitu Abu Muhammad bin Hisyam Al-Baghdadi wafat pada tahun 229 H.
Ø  Khallad, yaitu Abu Isa Bin Khalid Asy-Syaibani Al-Kufy wafat pada tahun 220 H.
6.      Imam Nafi (W. 169 H)
Di Madinah terkenal dengan sistem qiro’at Nafi[7] bin Abdurrahman bin Abu Na’im. Beliau wafat pada tahun 169 H[8]. ia mempelajari ilmu qiro’at dari dari 70 orang kaum tabi’in murid- murid Ubay bin Ka’ab, Abdullah bin ‘Abbas dan Abu Hurairah.Dan adapun muridnya ini banyak sekali diantaranya yaitu: Imam Malik bin Anas, al-Lais bin Sa’ad, Abu ‘Amar, Ibnu al-‘Alla’, ‘Isa bin Wardan bin Sulaiman bin jamaz.Dan perawi qiro’at Imam Nafi’ yang terkenal ada dua orang yaitu:Ø  Qalun, yaitu Abu Musa Isa bin Mina bin Wardan wafat pada tahun 220 H.
Ø  Warsy, yaitu Abu said Utsman bin Katsir bin Amr al-Makky wafat pada tahun 197 H.
7.      Al-Kisaiy (W. 189 H)
Nama lengkapnya adalah Abul Hasan Ali bin Hamzah bin Abdillah Al-Kufy. Kita mengetahui bahwa Al-Kisaiy adalah orang Kufah. Dan beliau wafat di Ranbawiyah yaitu yaitu sebuah desa di Negri Roy ketika ia dalam perjalanan ke khurasan bersama ar-Rasyid pada tahun 189 H. Beliau mengambil qiro’at dari banyak ulama. Diantaranya adalah Hanzah bin Habib al-Zayyat, Muhammad bin Abdurrahman bin Abu Laia, ‘Ashim bin Abu an-Nujud, Abu Bakar bin ‘Ilyasy dan Ismail  bin Ja’far yang menerimanya dari Syaibah bin Nashah (guru Imam Nafi’ al-Madani), mereka semua mempunyai sanad yang bersambung kepada rasulullah SAW.Murid-murid Imam al-Kisaiy yang dikenal sebagai perawi qiro’atnya yaitu:Ø  Abul Harits, yaitu Al-Laits bin Khalid Al-Marwazi al-Baghdadi wafat pada tahun 240 H.
Ø  Ad-Duri, yaitu Hafs bin Umar bin Abdil Aziz Al-Baghdadi wafat pada tahun 240 H.
Jadi itulah nama-nama tujuh imam qiro’at beserta dua perawinya. Namu masih banyak lagi ualama-ulama yang ahli dibidang al-qur’an, da nada yang menambahkan tiga imam lagi kepada yang tujuh itu maka menjadi sepuluh atau disebut dengan istilah sebagai Qiro’at al-Asyrah yang artinya sepuluh ahli qiro’at. Berikut adalah nama-namanya:1.      Abu Ja’far, yaitu Yazid bin Al-Qo’qo’ Al-Makhzumi Al-Madani. Beliau wafat pada tahun 130 H.
Dan adapun dua perawinya yaitu:Ø  Ibnu Wardan, Isa bin Wardan Al-Madani Abul Harits wafat pada tahun 160 H.
Ø  Ibnu Jammaz, Sulaiman bin Muhammad Al-Madani wafat pada tahun +170 H.
2.      Ya’qub, yaitu Abu Muhammad bin Ishaq bin Yazid Al-bashri wafat pada tahun 205 H.
Dan adapun dua perawinya yaitu:Ø  Ruwais, yaitu Muhammad bin Al-Mutawakkil al- Bashri wafat pada tahun 238 H.
Ø  Rouh, yaitu Abul Hasan bin Abdil Mukmin Al-Hudzali Al-Bashri wafat pada tahun 234 H.
3.      Khalaf Al-Asyir, yaitu Abu Muhammad bin Hisyam Al-Baghdadi wafat pada tahun 229 H.
Dan adapun dua perawinya yaitu:Ø  Ishaq, yaitu Abu Ya’qub bin Utsman bin Abdillah Al-Baghdadi wafat pada tahun 280 H.
Ø  Idris, yaitu Abul hasan bin Abdil Karim Al-Haddad Al-Baghdadi wafat pada tahun 292 H.
Dan setelah sepuluh ahli qiro’at di atas ada yang menyebutkan atau menambahkan empat orang imam lagi yang mempunyai keahlian dan keilmuan dibidang qiro’at al-qur’an diantaranya yaitu:1.      Hasan Al-bashri wafat pada tahun 110 H.
2.      Muhammad bin Abdurrahman yang terkenal dengan sebutan Ibnu Muhaishan, wafat pada tahun 123 H.
3.      Yahya bin Mubarak Al-Yazidi, wafat pada tahun 202 H.
4.      Abdul-Faraj Muhammad bin Ahmad asy-Syanbuzi, wafat pada tahun 388 H.
 C.   MACAM-MACAM JENIS QIRO’AT
Mengutip pendapat Ibnu al-Jazari, Imam Sayuti[9] mengatakan, bahwa menurut Sunnah, ada enam system qiro’at yaitu:1.      Qiro’at yang mutawatir
Qiro’at mutawatir adalah qiro’at yang diriwayatkan oleh suatu jama’ah dari jama’ah lain, yang semuanya dapat dipastikan tidak mungkin berdusta. Misalnya, system qiro’at yang isnadnya telah disepakati bulat berasal dari tujuh orang ulama ahli qiro’at[10], dan qiro’at mereka itulah yang dikenal umum.2.      Qiro’at masyhur
Qiro’at masyhur yaitu system qiro’at yang berisnad shahih (benar), diriwayatkan oleh orang-orang yang jujur dan tidak mungkin dipandang berdusta. Selain itu juga sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Arab dan sesuai pula dengan salah satu mushaf yang dinaskahka oleh ‘Utsman bin ‘Affan; tidak pandang apakah isnad itu diriwayatkan oleh tujuh orang Imam ahli qiro’at tersebut di atas, oleh sepuluh Imam ahli qiro’at, ataupun oleh Imam-Imam  lainnya yang telah diterima oleh kaum muslimin (qiro’atnya).3.      Qiro’at yang isnadnya benar tetapi tidak sesuai dengan teks atau bacaan
Yaitu qiro’at yang isnadnya benar tetapi tidak sesuai dengan  tulisan yang dibacanya, tidak sesuai juga dengan kaidah bahasa Arab dan tidak terkenal luas seperti system qiro’at yang pertama dan kedua di atas. System tidak digunakan untuk membaca al-qur’an dan tidak boleh diyakini kebenarannya. Sitem qiro’at demikian antara lain seperti yang diriwayatkan oleh al-Hakim dan berasal dari ‘Ashim al-Jahdari, dan al-Jahdari mendengarnyadari Abu Bikrah yang mengatakan: bahwasanya Rasulullah SAW membaca firman Allah SWT dalam Surah ar-Rahman: 76 sebagai berikut: Muttaki’iina ‘Alaa rafaarifa Khudrin wa ‘abaaqariyyin hisaan[11].
4.      Qiro’at yang Syadz
Yaitu system qiro’at yang tidak benar isnadnya, seperti qiro’at Ibnu as-Sumaifa’,yang membaca surah Yunus ayat 92 sebagai berikut: … Fal-yauma nunahhiika (huruf ha ringan) li takuuna li man khalafaka (huruf lam berfathah) aayah[12].
5.      Qiro’at yang berasal dari orang yang bersangkutan sendiri tanpa dasar dan tidak pasti asal-usulnya. Misalnya, qiro’at himpunan Muhammad bin Ja’far al-Khuza’I, yang olehnya dikatakan berasal dari Abu Hanifah, bacaannya mengenai ayat: Innamaa yakhsyallahu min ‘ibaadihil-‘ulamaa’a.
6.      Qiro’at yang menyerupai susunan kalimat hadits-hadits
Yaitu qiro’at yang menambahkan kalimat penafsian ke dalam ayat-ayat seperti qiro’at Sa’ad bin Abi Waqqash yang membaca firman Allah dalam surah an-Nisa, ayat 12: …wa lahu akhun au ukhtun min ummin fa likullin minhumaa (dengan tambahan minhuma). BAB IIIPENUTUP KESIMPULANJadi kesimpulan yang dapat kit petik dari makalah ini adalah bahwa qiro’at sab’ah itu bukan berarti qiro’at tujuh yang tetap dan hanya tujuh, tapi maksud dari tujuh disini bahwa bilangan tujuh berarti bilangan yang banyak sehingga banyak yang berpendapat bahwa qiro’at sab’ah itu bukan hanya tujuh tapi lebih dari itu. Dan adapun dalam masalah perbedaan dan cara pelapalan qiro’at sab’ah terhadap ayat al-qur’an penulis masih belum belum mengetahui tentang hal itu. Jadi penulis mohon maaf bila terdapat kekurangan dan kesalahan dan semoga yang sedikit ini bias bermanfaat.  DAFTAR PUSTAKAv  Manna Kholil Al-Qotthon,Mabahits Fi al-Ulumi al-Qur’an,Riyadh:Mansyuraat al-Ashr al-Hadits,hlm.172
v  Kutipan dari al-Itqan, I hal. 133 dengan sedikit perubahan redaksi agar tidak terlalu panjang
v  Lihat Tarjumah-nya di dalam Thabaqatul-Qurra,I hal.288-292
  

[1] Ada juga yang mengatakan beliau wafat pada tahun 291 H.
[2] Manna Kholil Al-Qotthon,Mabahits Fi al-Ulumi al-Qur’an,Riyadh:Mansyuraat al-Ashr al-Hadits,hlm.172
[3] Lihat Tarjumah-nya di dalam Thabaqatul-Qurra,I hal.288-292
[4] Manna Kholil Al-Qotthon,Mabahits Fi al-Ulumi al-Qur’an,Riyadh:Mansyuraat al-Ashr al-Hadits,hlm.172
 [5][5] Lihat Tarjumah-nya di dalam Thabaqatul-Qurra,I hal.261-263
[6] Ada yang mengataka bahwa beliau wafat pada tahun 188 H. lih.subhi as-shalih, Mabahits Fi al-Ulumi al-Qur’an,Jakarta, Firdaus, 1985, hlm.323
[7] Manna Kholil Al-Qotthon,Mabahits Fi al-Ulumi al-Qur’an,Riyadh:Mansyuraat al-Ashr al-Hadits,hlm.172
 [8] Ada yang berpendapat bahwa ia wafat pada tahun 120 H dan pendapat lain juga yaitu 177 H.
[9] Kutipan dari al-Itqan, I hal. 133 dengan sedikit perubahan redaksi agar tidak terlalu panjang.
[10] Jumhur-Ulama sepakat bahwa tujuh system qiro’at adalah mutawatir (Lihat: al-Burhan, I hal. 318).
[11] Menurut system qiro’at Hafs ayat tersebut seharusnya dibaca: Muttaki’iina ‘Alaa rafrafin Khudrin wa ‘abaaqariyyin hisaan[12] Menurut system qiro’at Hafs ayat tersebut semestinya harus dibaca … fal-yauma nunajjiika bi badanika li takuna li man khalfaka aayah.