Selasa, 10 Desember 2013
Makalah Qiro'at Sab'ah
Makalah Qiro'at Sab'ah
QIRO’AT AS-SAB’AH
Makalah Ini Ditulis Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mata KuliahUlumul-Qur’an
Ditulis Oleh :Asep Subarnas
Sekolah Tinggi Ilmiu Dakwah (STID) Mohammad NatsirJakarta 26 Dzulhijjah 1434 H/31 Oktober 2013
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah
senantiasa memberikan nikma-Nya kepada penulis sehingga dapat menulis makalah
ini dan juga dapat diselesaikan pada waktunya.sholawa serta salam penulis
curahkan kepada baginda Nabi Muammad SAW yang membimbing umatnya dari zaman
gelapnya kebodohan menuju zaman terangnya ilmu pengetahuan seperti sekaramg
ini.Baiklah pada kesempatan kali penulis
akan membahas makalah mengenai “qiro’at
as-sab’ah” yang mana mereka adalah para ulama yang berperan dalam urusa
qiro’at al-qur’an (bacaan al-qur’an) yang mungkin banyak diantar kita yang
belum mengetahui tentang siapa itu qiro’at as-sab’ah, maka dari itu penulis
berusaha untuk mencari tau tentang mereka semua dan dengan sebatas kemampuan
penulis.Di
sisi lain, penulis juga banyak mendapat bantuan dan pengarahan orang-orang yang
berada di sekitar penulis, jadi sudah sepantasnya untuk penulis ucapkan
terimakasih kepada :1.
Ust.Kamaludi
Iskandar Ishaq Lc. Selaku rector STID Muhammad Natsir.
2.
Ust.Jamroni
Ayana S.Kom.I selaku guru mata kuliah Ulumul Qur’an sekaligus pembimbing dalam
pembuatan makalah ini.
3.
Seluruh dosen
yang senantiasa berbagi ilmunya dengan para mahasiswanya.
4.
Seluruh
teman-teman yang dalam satu perjuangan untuk menuntut ilmu di tempat ini.
Baiklah
penulis berharap semoga apa yang telah penulis usahakan ini bisa memberi
manfaat kepada semua pihak dan penulis juga sadar diri bahwa dalam makalah ini
banyak sekali hal-hal yang yang mungkin belum dapat dipahami atau bahkan
terdapat banyak kesalahan yang tidak penulis sadari, maka dari itu penulis
mohon maaf dan mohon kritikan dan sarannya.
Bekasi 30 Oktober 2013
Penulis DAFTAR ISI KATA
PENGANTAR ……………………………………………..IDAFTAR
ISI ……………………………………………………….IIBAB
I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
………………………………………..1
B. RUMUSAN MASALAH
……………………………………..1
C. TUJUAN PENULISAN
………………………………………2
BAB
II PEMBAHASANA. PENGERTIAN QIRO’AT
AS-SAB’AH …………………….3
B. NAMA-NAMA QIRO’AT
AS-SAB’AH ……………………4
C. MACAM-MACAM QIRO’AT
AS-SAB’AH ……………….9
BAB
III PENUTUPKESIMPULAN ………………………………………………11DAFTAR PUSTAKA ………………………………………12 BAB I PENDAHULUAN A.
LATAR
BELAKANG
Al-qur’an adalah kitab pegangan umat islam
yang senantiasa dibaca dan iamalkan, namun banyak sekali dari kalangan
masyarakat yang belum mengetahui bagaimana caranya untuk membaca Al-qur’an itu
sendiri, dan dari sinilah ada yang dikenal istilah “qiro’at as-sab’ah”
(ahli membaca al-qur’an yang tujuh).Dalam
pemahaman terhadap kandungan isi al-qur’an kita membutuhkan pengetahuan tentang
ilimu-ilmu yang berkaitan dengannya diantaranya yaitu: asbabun nuzulnya, nasikh
mansukhnya, dankajian pokok ‘ulumul qur’an lainnya, termasuk didalamnya adalah
ilmu qiro’at.Dan
dari sini juga banyak masyarakat yang membicarakan tentang qiro’at as-sab’ah
ini, sehingga penulis mencoba untuk memberi sumbangsi kepada masyarakat
mengenai qiro’at as-sab’ah ini dan khususnya lagi untuk mata pelajaran ulumul
qur’an ini.semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua khususnya kita yang
membaca. B. RUMUSAN
MASALAH
Masalah
yang menjadikan penulisan makalah ini adalah:1. Apa
yang dimaksud dengan qiro’at as-sab’ah ?
2. Siapa
sajakah qiro’at as-sab’ah itu ?
3. Apa
sajakah batasan batasan dalam qiro’at as-sab’ah ?
C. TUJUAN
PENULISAN
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah ulumul
qur’an, dan semoga juga bias memberi manfa’at bagi pembaca sekalian. BAB II PEMBAHASAN A.
PENGERTIAN
QIRO’AT AS-SAB’AH
Qiro’at
(قراءات) menurut bahasa yaitu
bentuk jamak dari kata qiro’ah (قراءة) yang merupakan isim
masdar dari kata qara’a (قرأ), yang artinya :
bacaan.
Menurut
istilah qiro’at memiliki arti yang beragam, hal ini disebabkan oleh keluasannya
makna dan sudut pandang yang dipakai oleh ulama tersebut. Berikut ini adalah
dua pengertian mengenai qiro’at menurut istilah.1. Qiro’at
menurut Al-Zarkasyi merupakan perbedaan lafal-lafal al-Qur’an, baik menyangkut
huruf-hurufnya maupun cara pengucapan huruf-huruf tersebut, seperti takhfif,
tasydid dan lain-lain.
2. Al-Zarqani
memberikan pengertian mengenai qiro’at sebagai : suatu mazhab yang yang dianut
oleh seorang imam dari para imam quro’ yang berbeda dengan yang lainnya dalam
pengucapan al-qur’an al-karim dengan kesesuaian riwayat dan thuruq darinya.
Baik itu perbedaan dalam pengucapan huruf-huruf ataupun pengucapan bentuknya.
Sedangkan
As-Sab’ah ini berasal dari bahasa Arab juga yakni yang artinya tujuh (7).Jadi
definisi qiro’at as-sab’ah adalah Imam qori yang tujuh yang hafal al-qur’an dan
terkenal dengan hafalan serta ketelitiannya, dan menyampaikan qira’at kepada
kita sesuai dengan yang mereka terima dari sahabat Rasulullah SAW. Qiro’at yang
mutawatir semuanya kita kutip dari para qori yang hafal al-qur’an dan terkenal
dengan hafalan dan ketelitiannya (pada masanya)terhadap al-qur’an. B. NAMA-NAMA
QIRO’AT AS-SAB’AH
Tujuh
imam qiro’at yang terkenal dalam qiro”at as-sab”ah berikut dengan dua orang perawinya, yaitu:1. Ibnu
‘Amir (W. 118 H)
Nama
lengkapnya adalah Abdullah ibnu Amir al-Yahshabi dari Syam, ia juga seorang
qodhi Damaskus pada masa pemerintahan Walid ibnu Abdul Malik. Panggilannya
adalah Abu Imran. Beliau juga adalah seorang tabi’in yang belajar qiro’at dari
Al-Mughirah ibnu Abi Syihab al-Mahzumy dari Utsman bin Affan dari Rasulullah
SAW. Beliau lahir pada tahun 8 Hijriyah dan wafat di Damaskus pada tahun 118 Hijriyah.
Dan dua orang perawin sekaligus muridnya adalah:Ø Hisyam,
Abul Walid bin Ammar bin Mashir Ad-Dimasyqi wafat pada tahun 245 H.
Ø Ibnu
Dzakwan, Abu Muhammad Abdullah bin Ahmad wafat pada tahun 242 H.
2. Ibnu
Katsir (W. 120 H)
Nama
lengkapnya adalah Abu Muhammad Abdullah Ibnu Katsir ad-Dary al-Makky, ia adalah
imam dalam hal qira’at di makkah, ia juga seorang tabi’in yang pernah hidup
bersama sahabat Abdullah ibnu Jubair. Beliau mempelajari qiro’at dari Abu
as-Sa’ib, Abdullah bin Sa’ib al-Makhzumi, Mujahid bin Jabr al-Makky dan Diryas
(Maula Ibn ‘Abbas). Mereka semua masing-masing menerima qiro’at dari Ubay bin Ka’ab,
Zaid bin Sabit dan Umar bin Khatab. Ketiga sahabat ini menerimanya langsung
dari Rasulullah SAW. Beliau lahir di makkah pada tahun 45 Hijriyah dan wafat
juga di makkah pada tahun 120 Hijriyah.
Adapun
murid beliau ini sangat banyak sekali namun yang menjadi perawi qiro’atnya yang
terkenal itu ada dua orang yaitu:Ø Al-Bazzi,
yaitu Ahmad bin Muhammad Abdul Hasan wafat pada tahun 250 H.
Ø Qunbul,
yaitu Muhammad bin Abdirrahman Al-Makky wafat pada tahun 251 H.[1] 3. ‘Ashim
al-Kuffy (W. 127 H)
Nama
lengkapnya adalah ‘Ashim bin An-Nujud
Al-Asadi. Beliau belajar ilmu qiro’at kepada zirr bin Hubaisy, murid ‘Abdullah
bin Mas’ud dan ia menerima langsung dari Rasulullah SAW. Beliau wafat sekitar
tahun 127/128 Hijriyah.
Adapun
diantara para muridnya yang menjadi perawi qiro’atnya yang terkenal adalah:Ø Syu’bah,
yaitu Abu Bakar bin Ayyasy bin Salim Al-Kuffy wafat pada tahun 193 H.
Ø Hafs,
yaitu Abu Umar bin Sulaiman bin Al-Mughirah Al-Kuffy wafat pada tahun 180 H.
4. Abu
‘Amr al-Bashry (W. 154 H)
Di
Bashrah terkenal dengan sistem qiro’at Abu ‘Amr dan system qiro’at Ya’qub[2].
Abu ‘Amr[3] nama
aslinya Zayyan bin Al-‘Ala bin ‘Ammar. Beliau lahir di makkah pada tahun 70
Hijriyah dan besar di Bashrah, kemudian bersama ayahnya berangkat ke Makkah dan
Madinah. Beliau wafat di Kuffah pada
tahun 154 Hijriyah. Menurut riwayat, ia belajar ilmu qiro’at kepada Mujahid bin
Jabr dan Sa’id bin Jubair, yaitu murid-murid Ibnu ‘Abbas dan Ubay bin Ka’ab.Murid
beliau banyak sekali, yang terkenal adalahYahya bin Mubarak bin Mughirah
al-Yazidi (W. 202 H). dari Yahya inilah kedua perawi qiro’at Abu ‘Amr menerima
qiro’atnya yaitu:Ø Ad-Duri,
yaitu Hafsh bin Umar bin Abdil Aziz Al-Baghdadi wafat pada tahun 240 H.
Ø As-Susi,
yaitu Abu Syuaib Shalih bin Ziyad Ar-Raqqi wafat pada tahun 261 H.
5. Hamzah
al-Kuffy (W.156 H)
Di
Kuffah terkenal system qiro’at Hamzah dan system qiro’at ‘Ashim.[4]
Nama lengkap Hamzah[5]
ialah Hamzah bin Ibnu Habib az-Zayyat maula (bekas budak, yang setelah
dimerdekakan oleh tuannya, ia hidup dibawah asuhan bekas tuannya) ‘Ikrimah bin
Rabi’ at-Taimi. Beliau dilahirkan pada tahun 80 H,dan wafat pada tahun 156 H[6] di
Halwan suatu kota di Iraq. Ia belajar ilmu qiro’at kepada sulaiman bin Muhram,
yaitu murid Yahya bin Watstsab yang berguru kepada Zirr bin Hubaisy, dan
Hubaisy belajar kepada ‘Utsman bin
“Affan dan ia belajar kepada ‘Abdullah bin Mas’ud.Dan
adapun diantara para muridnya yang menjadi perawi qiro’atnya yang terkenal
adalah:Ø Khalaf,
yaitu Abu Muhammad bin Hisyam Al-Baghdadi wafat pada tahun 229 H.
Ø Khallad,
yaitu Abu Isa Bin Khalid Asy-Syaibani Al-Kufy wafat pada tahun 220 H.
6. Imam
Nafi (W. 169 H)
Di
Madinah terkenal dengan sistem qiro’at Nafi[7]
bin Abdurrahman bin Abu Na’im. Beliau wafat pada tahun 169 H[8].
ia mempelajari ilmu qiro’at dari dari 70 orang kaum tabi’in murid- murid Ubay
bin Ka’ab, Abdullah bin ‘Abbas dan Abu Hurairah.Dan
adapun muridnya ini banyak sekali diantaranya yaitu: Imam Malik bin Anas,
al-Lais bin Sa’ad, Abu ‘Amar, Ibnu al-‘Alla’, ‘Isa bin Wardan bin Sulaiman bin
jamaz.Dan
perawi qiro’at Imam Nafi’ yang terkenal ada dua orang yaitu:Ø Qalun,
yaitu Abu Musa Isa bin Mina bin Wardan wafat pada tahun 220 H.
Ø Warsy,
yaitu Abu said Utsman bin Katsir bin Amr al-Makky wafat pada tahun 197 H.
7. Al-Kisaiy
(W. 189 H)
Nama
lengkapnya adalah Abul Hasan Ali bin Hamzah bin Abdillah Al-Kufy. Kita
mengetahui bahwa Al-Kisaiy adalah orang Kufah. Dan beliau wafat di Ranbawiyah
yaitu yaitu sebuah desa di Negri Roy ketika ia dalam perjalanan ke khurasan
bersama ar-Rasyid pada tahun 189 H. Beliau mengambil qiro’at dari banyak ulama.
Diantaranya adalah Hanzah bin Habib al-Zayyat, Muhammad bin Abdurrahman bin Abu
Laia, ‘Ashim bin Abu an-Nujud, Abu Bakar bin ‘Ilyasy dan Ismail bin Ja’far yang menerimanya dari Syaibah bin
Nashah (guru Imam Nafi’ al-Madani), mereka semua mempunyai sanad yang bersambung
kepada rasulullah SAW.Murid-murid
Imam al-Kisaiy yang dikenal sebagai perawi qiro’atnya yaitu:Ø Abul
Harits, yaitu Al-Laits bin Khalid Al-Marwazi al-Baghdadi wafat pada tahun 240
H.
Ø Ad-Duri,
yaitu Hafs bin Umar bin Abdil Aziz Al-Baghdadi wafat pada tahun 240 H.
Jadi
itulah nama-nama tujuh imam qiro’at beserta dua perawinya. Namu masih banyak
lagi ualama-ulama yang ahli dibidang al-qur’an, da nada yang menambahkan tiga
imam lagi kepada yang tujuh itu maka menjadi sepuluh atau disebut dengan
istilah sebagai Qiro’at al-Asyrah yang
artinya sepuluh ahli qiro’at. Berikut adalah nama-namanya:1. Abu
Ja’far, yaitu Yazid bin Al-Qo’qo’ Al-Makhzumi Al-Madani. Beliau wafat pada
tahun 130 H.
Dan
adapun dua perawinya yaitu:Ø Ibnu
Wardan, Isa bin Wardan Al-Madani Abul Harits wafat pada tahun 160 H.
Ø Ibnu
Jammaz, Sulaiman bin Muhammad Al-Madani wafat pada tahun +170 H.
2. Ya’qub,
yaitu Abu Muhammad bin Ishaq bin Yazid Al-bashri wafat pada tahun 205 H.
Dan
adapun dua perawinya yaitu:Ø Ruwais,
yaitu Muhammad bin Al-Mutawakkil al- Bashri wafat pada tahun 238 H.
Ø Rouh,
yaitu Abul Hasan bin Abdil Mukmin Al-Hudzali Al-Bashri wafat pada tahun 234 H.
3. Khalaf
Al-Asyir, yaitu Abu Muhammad bin Hisyam Al-Baghdadi wafat pada tahun 229 H.
Dan
adapun dua perawinya yaitu:Ø Ishaq,
yaitu Abu Ya’qub bin Utsman bin Abdillah Al-Baghdadi wafat pada tahun 280 H.
Ø Idris,
yaitu Abul hasan bin Abdil Karim Al-Haddad Al-Baghdadi wafat pada tahun 292 H.
Dan
setelah sepuluh ahli qiro’at di atas ada yang menyebutkan atau menambahkan empat
orang imam lagi yang mempunyai keahlian dan keilmuan dibidang qiro’at al-qur’an
diantaranya yaitu:1. Hasan
Al-bashri wafat pada tahun 110 H.
2. Muhammad
bin Abdurrahman yang terkenal dengan sebutan Ibnu Muhaishan, wafat pada tahun
123 H.
3. Yahya
bin Mubarak Al-Yazidi, wafat pada tahun 202 H.
4. Abdul-Faraj
Muhammad bin Ahmad asy-Syanbuzi, wafat pada tahun 388 H.
C.
MACAM-MACAM
JENIS QIRO’AT
Mengutip
pendapat Ibnu al-Jazari, Imam Sayuti[9]
mengatakan, bahwa menurut Sunnah, ada enam system qiro’at yaitu:1. Qiro’at
yang mutawatir
Qiro’at
mutawatir adalah qiro’at yang diriwayatkan oleh suatu jama’ah dari jama’ah
lain, yang semuanya dapat dipastikan tidak mungkin berdusta. Misalnya, system
qiro’at yang isnadnya telah disepakati bulat berasal dari tujuh orang ulama
ahli qiro’at[10],
dan qiro’at mereka itulah yang dikenal umum.2. Qiro’at
masyhur
Qiro’at
masyhur yaitu system qiro’at yang berisnad shahih (benar), diriwayatkan oleh
orang-orang yang jujur dan tidak mungkin dipandang berdusta. Selain itu juga
sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Arab dan sesuai pula dengan salah satu
mushaf yang dinaskahka oleh ‘Utsman bin ‘Affan; tidak pandang apakah isnad itu
diriwayatkan oleh tujuh orang Imam ahli qiro’at tersebut di atas, oleh sepuluh
Imam ahli qiro’at, ataupun oleh Imam-Imam
lainnya yang telah diterima oleh kaum muslimin (qiro’atnya).3. Qiro’at
yang isnadnya benar tetapi tidak sesuai dengan teks atau bacaan
Yaitu
qiro’at yang isnadnya benar tetapi tidak sesuai dengan tulisan yang dibacanya, tidak sesuai juga
dengan kaidah bahasa Arab dan tidak terkenal luas seperti system qiro’at yang
pertama dan kedua di atas. System tidak digunakan untuk membaca al-qur’an dan
tidak boleh diyakini kebenarannya. Sitem qiro’at demikian antara lain seperti
yang diriwayatkan oleh al-Hakim dan berasal dari ‘Ashim al-Jahdari, dan
al-Jahdari mendengarnyadari Abu Bikrah yang mengatakan: bahwasanya Rasulullah
SAW membaca firman Allah SWT dalam Surah ar-Rahman: 76 sebagai berikut: Muttaki’iina ‘Alaa rafaarifa Khudrin wa
‘abaaqariyyin hisaan[11].
4. Qiro’at
yang Syadz
Yaitu
system qiro’at yang tidak benar isnadnya, seperti qiro’at Ibnu as-Sumaifa’,yang
membaca surah Yunus ayat 92 sebagai berikut: … Fal-yauma nunahhiika (huruf ha ringan) li takuuna li man khalafaka (huruf lam berfathah) aayah[12].
5.
Qiro’at yang berasal
dari orang yang bersangkutan sendiri tanpa dasar dan tidak pasti asal-usulnya.
Misalnya, qiro’at himpunan Muhammad bin Ja’far al-Khuza’I, yang olehnya
dikatakan berasal dari Abu Hanifah, bacaannya mengenai ayat: Innamaa yakhsyallahu min ‘ibaadihil-‘ulamaa’a.
6.
Qiro’at yang
menyerupai susunan kalimat hadits-hadits
Yaitu
qiro’at yang menambahkan kalimat penafsian ke dalam ayat-ayat seperti qiro’at
Sa’ad bin Abi Waqqash yang membaca firman Allah dalam surah an-Nisa, ayat 12: …wa lahu akhun au ukhtun min ummin fa
likullin minhumaa (dengan tambahan minhuma). BAB
IIIPENUTUP KESIMPULANJadi
kesimpulan yang dapat kit petik dari makalah ini adalah bahwa qiro’at sab’ah
itu bukan berarti qiro’at tujuh yang tetap dan hanya tujuh, tapi maksud dari
tujuh disini bahwa bilangan tujuh berarti bilangan yang banyak sehingga banyak
yang berpendapat bahwa qiro’at sab’ah itu bukan hanya tujuh tapi lebih dari
itu. Dan adapun dalam masalah perbedaan dan cara pelapalan qiro’at sab’ah
terhadap ayat al-qur’an penulis masih belum belum mengetahui tentang hal itu. Jadi penulis mohon maaf bila terdapat
kekurangan dan kesalahan dan semoga yang sedikit ini bias bermanfaat. DAFTAR
PUSTAKAv Manna Kholil Al-Qotthon,Mabahits
Fi al-Ulumi al-Qur’an,Riyadh:Mansyuraat al-Ashr al-Hadits,hlm.172
v Kutipan dari al-Itqan, I hal. 133 dengan sedikit perubahan
redaksi agar tidak terlalu panjang
v Lihat Tarjumah-nya di dalam Thabaqatul-Qurra,I
hal.288-292
[1]
Ada juga yang mengatakan beliau wafat pada tahun 291 H.
[2]
Manna Kholil Al-Qotthon,Mabahits Fi
al-Ulumi al-Qur’an,Riyadh:Mansyuraat al-Ashr al-Hadits,hlm.172
[3]
Lihat Tarjumah-nya di dalam Thabaqatul-Qurra,I
hal.288-292
[4]
Manna Kholil Al-Qotthon,Mabahits Fi
al-Ulumi al-Qur’an,Riyadh:Mansyuraat al-Ashr al-Hadits,hlm.172
[5][5]
Lihat Tarjumah-nya di dalam Thabaqatul-Qurra,I
hal.261-263
[6]
Ada yang mengataka bahwa beliau wafat pada tahun 188 H. lih.subhi as-shalih, Mabahits Fi al-Ulumi al-Qur’an,Jakarta,
Firdaus, 1985, hlm.323
[7]
Manna Kholil Al-Qotthon,Mabahits Fi
al-Ulumi al-Qur’an,Riyadh:Mansyuraat al-Ashr al-Hadits,hlm.172
[8]
Ada yang berpendapat bahwa ia wafat pada tahun 120 H dan pendapat lain juga
yaitu 177 H.
[9]
Kutipan dari al-Itqan, I hal. 133 dengan sedikit perubahan redaksi agar tidak
terlalu panjang.
[10]
Jumhur-Ulama sepakat bahwa tujuh system qiro’at adalah mutawatir (Lihat:
al-Burhan, I hal. 318).
[11]
Menurut system qiro’at Hafs ayat tersebut seharusnya dibaca: Muttaki’iina ‘Alaa rafrafin Khudrin wa ‘abaaqariyyin
hisaan[12]
Menurut system qiro’at Hafs ayat tersebut semestinya harus dibaca … fal-yauma nunajjiika bi badanika li takuna
li man khalfaka aayah.
Langganan:
Postingan (Atom)